28 Oktober 2012
Tepak Sirih, Perangkat Berkapur-sirih
Tepak sirih digunakan sebagai perangkat yang tidak boleh dilupakan
dalam acara-upacara resmi adat. Oleh karena tepak sirih merupakan simbol
yang memiliki arti penting, maka pemakaiannya tidak bileh sembarangan.
Didalam tepak sirih terdapat combol (cembul) yang digunakan untuk
menyimpan ramuan sirih pinang. Combol ini disusun mengikuti aturan yang
telah ditetapkan.
Bagian dalam tepak sirih yang lengkap
dibagi menjadi dua bagian. Di bagian atas ditempatkan empat combol
dengan susunan tertentu, yaitu pinang, kapur, gambir,dan tembakau.
Dibagian bawah disusun cengkih, sirih, dan kacip. Pada tepak sirih yang
berbentuk bulat, combol disusun melingkar sesuai dengan urutannya.
Masyarakat melayu menamakan tepak sirih yang berbentuk bujur sangkar
sebagai puan, dan berbentuk empat persegi panjang disebut tepak. Ada
kalanya, daun-daun sirih tidak dimasukan menjadi satu dalam tepak sirih,
tetapi ditempatkan dalam suatu wadah yang di sebut bekas sirih.
Pengaturan seperti ini memberikan tampilan yang lebih indah dan rancak.
Bagi masyarakat melayu, sirih disusun sedemikian rupa untuk menunjukan
urutan-urutan keitika mengapur sirih, yang dahulu di dahulukan dan yang
kemudian di kemudiankan. Daun-daun sirih yang disusun dalam tepak sirih
harus dilipat bersisip antara satu dengan yang lainnya dan disatukan
tangkainya, disusun sebanyak lima atau enam helai dalam satu baris.Satu
tepak sirih selalu berisi empat atau lima susun sirih. Sirih harus
disusun secara berlipat agar tidak terlihat ekornya.Ekor sirih yang
terlihat dianggap kurang sopan dan tidak menghormati tamu. Tepak sirih
yang sudah lengkap dihias dengan bunga dan diberi alas kain
songket.Tepak sirih ini disebut Tepak sirih adat.
Makna / Falsafah Bahan Kapur Sirih
Sirih melambangkan sifat rendah hati, memberi,serta senantiasa memuliakan orang. Makna ini ditafsirkan dari cara tumbuh sirih yang memanjat pada para-para,batang pohon sakat, atau batang pohon api-api yang digemarinya, tanpa merusakkan batang atau apapun tempat ia hidup. Dau sirih yang lebat dan rimbun memberi keteduhan sekitarnya.
Kapur melambang hati yang putih bersih serta tulus, tetapi jika keadaan memaksa, ia akan berubah menjadi lebih agresif dan marah. Kapur diperoleh dari hasil pemrosesan cangkang kerang atau pembakaran batu kapur. Secara fisik, warnanya putih bersih, tetapi reaksi kimianya bisa menghancurkan.
Gambir memiliki rasa sedikit pahit, melambangkan kecekalan/ keteguhan hati. Makna diperoleh dari warna daun gambir kekuning kuningan serta memerlukan suatu pemrosesan tertentu untuk memperoleh sarinya, sebelum bisa dimakan bersama sirih. Dimaknai bahwa sebelum mencapai sesuatu, kita harus sabar melakukan proses untuk mencapainya.
Pinang melambangkan keturunan orang yang baik budi pekerti, jujur,serta memiliki derajat tinggi. Bersedia melakukan suatu pekerjaan dengan hati terbuka dan bersungguh sungguh. Makna ini ditarik dari sifat pohon pinang yang tinggi lurus keatas serta mempunyai buah yang lebat dalam setandan.
Tembakau melambangkan hati yang tabah dan bersedia berkorban dalam segala hal. Ini karena daun tembakau memiliki rasa yang pahit dan memabukkan bila diiris halus sebagai tembakau,dan tahan lama disimpan.
ASAL USUL MAKAN SIRIH
Tradisi makan sirih merupakan warisan budaya masa silam, lebih dari
3000 tahun yang lampau atau dizaman Neolitik, hingga saat ini. Budaya
makan sirih hidup di Asia Tenggara. Pendukung budaya ini terdiri dari
berbagai golongan, meliputi masyarakat bawah, pembesar negara, serta
kalangan istana. Tradisi makan sirih tidak diketahui secara pasti dari
mana berasal. Dari cerita-cerita sastra, dikatakan tradisi ini berasal
dari India. Tetapi jika ditelusur berdasarkan bukti linguistik,
kemungkinan besar tradisi makan sirih berasal dari Indonesia. Pelaut
terkenal Marco Polo menulis dalam catatannya di abad ke-13, bahwa orang
India suka mengunyah sekumpal tembakau. Sementara itu Penjelajah
terdahulu seperti Ibni Batutah dan Vasco de Gama menyatakan bahwa
masyarakat Timur memiliki kebiasaan memakan sirih.
Di
masyarakat India, sirih pada mulanya bukan untuk dimakan, tetapi sebagai
persembahan kepada para dewa sewaktu sembahyang di kuil-kuil. Beberapa
helai daun sirih dihidangkan bersama dengan kelapa yang telah dibelah
dua dan dua buah pesang emas.
Pada saat ini sirih sangat di
kenal di kalangan masyarakat Melayu. Selain dimakan oleh rakyat
kebanyakan, sirih juga dikenal sebagai simbol budaya dan menjadi yang
tak terpisahkan dalam adat istiadat Melayu. Sirih dipakai dalam upacara
menyambut tamu,upaca merisik dan meminang, upaca pernikahan tradisional,
dan berbagai upacara adat yang lain. Dalam upacara pernikahan, sirih di
rangkai dalam bentuk sirih junjung yang cantik, dan bersama dengan
sirih penyeri dipakai sebagai barang hantaran kepada pengantin
perempuan. Di dalam upacara resmi kebesaran istana, sirih junjung
dipakai sebagai sebagai hiasan yang menyemarakan suasana. Sirih junjung
juga dibawa sebagai kepala suatu arak-arakan adat.
Bakti Muda
Ratusan tahun hanya terdiam
Terpuluk dalam penindasan
Tak seorang pun mampu ungkapkan
Tertunduk diam dalam kebisuan
Kita tak boleh begini, kawan
Tak boleh seperti ini
Lakukan sesuatu, kawan
Sesuatu untuk negeri ini
Tua tak lagi dapat bergerak
Muda susun barisan
Tua tak lagi mampu bertahan
Muda teruskan
Dihadapanmu rakyatmu
Dibawah kakimu tanahmu
Dalam genggamanmu harapanmu
Dalam rangkulanmu cita-citamu
Buang egomu
Buat janjimu
Tulis janjimu
Ikrarkan janjimu
"KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA
MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE,
TANAH AIR INDONESIA"
"KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA,
MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE,
BANGSA INDONESIA"
"KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA
MENGJOENJOENG BAHASA PERSATOEAN,
BAHASA INDONESIA"
Inilah bakti kami
Inilah janji kami
Inilah ikrar kami
SUMPAH PEMUDA
Pondok Kehidupan, 28 Oktober 2012
17 Oktober 2012
Dimana aku kini, kemana aku nanti?
Kini ku di persimpangan
Terhenti untuk sejenak berfikir
Keputusan tak semudah bicara
Lidahmu seirama hatimu
Penjalananku masih sangat panjang
Apa yang kan kutemukan nanti
Pada siapa aku bertemu
Mampukah kumenghadapinya
Ah....kenapa kupikirkan itu
Semua hanya imajiku
Semua hanya karna ketakutanku
Sadarku bukanlah pengidap phobia
Bangunlah !!
Siapkan mental pendirianmu
Kau bukan orang bodoh
Kau bukan seorang penakut
Kau bisa hadapi semua itu
Kau lebih siap dari mereka
Biarkan mereka menganggapmu apa
Teguhlah pada hati dan lidahmu
Saat kau temukan akhir perjalananmu nanti
Yakinlah, mereka akan tunduk kepadamu
Pondok Kehidupan, 14 Oktober 2012
Terhenti untuk sejenak berfikir
Keputusan tak semudah bicara
Lidahmu seirama hatimu
Penjalananku masih sangat panjang
Apa yang kan kutemukan nanti
Pada siapa aku bertemu
Mampukah kumenghadapinya
Ah....kenapa kupikirkan itu
Semua hanya imajiku
Semua hanya karna ketakutanku
Sadarku bukanlah pengidap phobia
Bangunlah !!
Siapkan mental pendirianmu
Kau bukan orang bodoh
Kau bukan seorang penakut
Kau bisa hadapi semua itu
Kau lebih siap dari mereka
Biarkan mereka menganggapmu apa
Teguhlah pada hati dan lidahmu
Saat kau temukan akhir perjalananmu nanti
Yakinlah, mereka akan tunduk kepadamu
Pondok Kehidupan, 14 Oktober 2012
::Se-SETIA Enggang::
Burung Enggang
atau Rangkong adalah burung yang setia, Ia hanya mempunyai satu kekasih
selama hidupnya. Tidak ada kata selingkuh dalam hidupnya ataupun
poligami. Cintanya hanya untuk istrinya, sayangnya tidak akan dibagi
dua.
Burung Enggang ni mempunyai satu kelebihan. Cara bertelurnya merupakan suatu daya tarik tersendiri. Pada awal masa bertelur burung jantan membuat lubang yang terletak tinggi pada batang pohon untuk tempat bersarang dan bertelurnya burung betina. Hanya terdapat satu bukaan kecil yang cukup untuk burung jantan mengulurkan makanan kepada anak burung dan burung enggang betina. kemudian burung jantan dengan setia memberi makan burung betinanya melalui sebuah lubang kecil selama masa inkubasi, dan berlanjut sampai anak mereka tumbuh menjadi burung muda. Apabila anak burung dan burung betina tidak lagi muat dalam sarang, burung betina akan memecahkan sarang untuk keluar dan membangun lagi dinding tersebut, dan kedua burung dewasa akan mencari makanan bagi anak-anak burung. Dalam sebagian spesies, anak-anak burung itu sendiri membangun kembali dinding yang pecah itu tanpa bantuan burung dewasa.
Coba kita bayangkan seandainya ketika burung betina mengerami telurnya, burung jantan mati tertembak oleh pemburu. Apa yang akan terjadi pada burung betina? Burung betina akan menunggu burung jantan sampai burung betina mati kelaparan. Betapa tragisnya kehidupan sijanda Enggang yang ditinggal oleh kekasihnya.
Terkadang kita harus berguru kepada hewan, pada makhluk tuhan yang katanya tak berakal. Sangat banyak kasus perceraian, perselingkuhan, dan kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi. Hal tersebut adalah suatu fakta yang membuktikan bahwa kita tidak jauh lebih baik dari burung Enggang. Yah.. burung Enggang memang bisa menjadi salah satu referensi untuk belajar menjadi pasangan yang setia.
Burung Enggang ni mempunyai satu kelebihan. Cara bertelurnya merupakan suatu daya tarik tersendiri. Pada awal masa bertelur burung jantan membuat lubang yang terletak tinggi pada batang pohon untuk tempat bersarang dan bertelurnya burung betina. Hanya terdapat satu bukaan kecil yang cukup untuk burung jantan mengulurkan makanan kepada anak burung dan burung enggang betina. kemudian burung jantan dengan setia memberi makan burung betinanya melalui sebuah lubang kecil selama masa inkubasi, dan berlanjut sampai anak mereka tumbuh menjadi burung muda. Apabila anak burung dan burung betina tidak lagi muat dalam sarang, burung betina akan memecahkan sarang untuk keluar dan membangun lagi dinding tersebut, dan kedua burung dewasa akan mencari makanan bagi anak-anak burung. Dalam sebagian spesies, anak-anak burung itu sendiri membangun kembali dinding yang pecah itu tanpa bantuan burung dewasa.
Coba kita bayangkan seandainya ketika burung betina mengerami telurnya, burung jantan mati tertembak oleh pemburu. Apa yang akan terjadi pada burung betina? Burung betina akan menunggu burung jantan sampai burung betina mati kelaparan. Betapa tragisnya kehidupan sijanda Enggang yang ditinggal oleh kekasihnya.
Terkadang kita harus berguru kepada hewan, pada makhluk tuhan yang katanya tak berakal. Sangat banyak kasus perceraian, perselingkuhan, dan kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi. Hal tersebut adalah suatu fakta yang membuktikan bahwa kita tidak jauh lebih baik dari burung Enggang. Yah.. burung Enggang memang bisa menjadi salah satu referensi untuk belajar menjadi pasangan yang setia.
Sumber: google.com
Pondok Kehidupan, 14 Oktober 2012
::Belajar dari KUPU-KUPU::
Kupu-kupu
tidak langsung memiliki sayap dengan corak indah dan warna yang beraneka
merah, hitam, kuning, dan sebagainya. Kupu-kupu juga tidak langsung
menjadi binatang yang menawan dan menjadikan bunga yang dihinggapinya
terlihat lebih indah. Tahukah anda bahwa seekor kupu-kupu mengawali
perjalanannya dari seekor ulat, yang tidak semua orang menyukainya.
Kemudian dari seekor ulat itu, kupu-kupu
berubah menjadi sebuah kepompong yang tak jarang pula orang yang
menghiraukannya dan itu untuk waktu yang tidak sebentar. Tentunya kita
tahu seperti apa bentuk kepompong? dan pastinya kita semua sudah tahu
bahwa tidak ada kempompong yang cantik dan indah bukan?
Begitulah perjalanan singkat seekor kupu-kupu yang pada akhirnya kemudian sampailah ia pada kesuksesannya menjadi seekor kupu-kupu yang menawan dengan sayap beraneka warna yang penuh dengan keindahan. Jika kita mau cermati, sungguh sangat menakjubkan perjuangan seekor kupu-kupu dalam mencapai kesuksesannya. Selama dalam perjalanan panjangnya ternyata tidak pernah kupu-kupu protes dan menangis, mengeluh bahkan putus asa. Kupu-kupu tidak pernah merasa sedih karena lantaran diciptakan dari seekor ulat dan kepompong. Ia tidak pernah merasa kecewa dan kesal, tidak pernah juga ia merasa sial dengan jalan yang berikan Tuhan, meskipun tak banyak yang memperdulikan karena perjalanannya yang berawal dari seekor ulat dan kepompong. Kupu-kupu terima jalan yang Tuhan berikan karena kupu-kupu yakin bahwa di penghujung perjalanan yang tidak mengenakkan tadi akan ada kesuksesan, keindahan, dan kebahagian. Begitulah kehidupan.
Begitulah perjalanan singkat seekor kupu-kupu yang pada akhirnya kemudian sampailah ia pada kesuksesannya menjadi seekor kupu-kupu yang menawan dengan sayap beraneka warna yang penuh dengan keindahan. Jika kita mau cermati, sungguh sangat menakjubkan perjuangan seekor kupu-kupu dalam mencapai kesuksesannya. Selama dalam perjalanan panjangnya ternyata tidak pernah kupu-kupu protes dan menangis, mengeluh bahkan putus asa. Kupu-kupu tidak pernah merasa sedih karena lantaran diciptakan dari seekor ulat dan kepompong. Ia tidak pernah merasa kecewa dan kesal, tidak pernah juga ia merasa sial dengan jalan yang berikan Tuhan, meskipun tak banyak yang memperdulikan karena perjalanannya yang berawal dari seekor ulat dan kepompong. Kupu-kupu terima jalan yang Tuhan berikan karena kupu-kupu yakin bahwa di penghujung perjalanan yang tidak mengenakkan tadi akan ada kesuksesan, keindahan, dan kebahagian. Begitulah kehidupan.
Sumber: google.com
Pondok Kehidupan, 09 Oktober 2012
::Belajar dari Burung Hantu::
Seekor
burung hantu yang bijaksana hinggap di sebatang dahan.Ketika semakin
banyak ia melihat, maka semakin sedikit ia berbicara. Semakin sedikit ia
berbicara, semakin banyak ia mendengar. Mengapa kita tidak seperti
burung hantu yang bijaksana itu?,. Karakter burung hantu salah satunya
adalah ia bijaksana, ia jarang berkicau, hanya kebanyakan diam dan
melihat.
Belajarlah sifat dari burung hantu, sedikit untuk berbicara dan banyak mendengar. Selain itu ia juga di kenal setia karena hanya sekali kawin, luar biasa ya seekor burung hantu yang bisa dikatakan namanya seram namun di balik itu semua ia memiliki sifat yang begitu banyak positif.
Karakter yang lain adalah penyendiri, meski kadang ada juga yang suka berkelompok. Namun kebanyakan burung hantu ini suka menyendiri. Burung hantu juga hanya suka berdiam seperti patung tidak banyak tingkah, berbeda dengan burung yang lain yang suka memamerkan dirinya, inilah burung yang rendah hati si burung hantu.
Belajarlah sifat dari burung hantu, sedikit untuk berbicara dan banyak mendengar. Selain itu ia juga di kenal setia karena hanya sekali kawin, luar biasa ya seekor burung hantu yang bisa dikatakan namanya seram namun di balik itu semua ia memiliki sifat yang begitu banyak positif.
Karakter yang lain adalah penyendiri, meski kadang ada juga yang suka berkelompok. Namun kebanyakan burung hantu ini suka menyendiri. Burung hantu juga hanya suka berdiam seperti patung tidak banyak tingkah, berbeda dengan burung yang lain yang suka memamerkan dirinya, inilah burung yang rendah hati si burung hantu.
Sumber: google.com
Pondok Kehidupan, 07 Oktober 2012
::Belajarlah dari Sandal::
Sandal
tidak akan meminta imbalan atas jasa pemakaiannya. Ia tidak kecewa jika
sang pemilik sandal melangkahkannya ke dalam kubangan lumpur yang penuh
dengan kotoran. Tapi kita kadang melupakan sesuatu yang kecil karena
sesuatu yang kecil tidak akan pernah berpengaruh untuk kita.
Saat kaki kita melangkah dan tak sengaja menginjak kotoran anjing maka sandal akan melindungi kita dari kotoran anjing. Pada saat kita berjalan didaerah yang banyak terdapat paku maka kita akan terlindungi dari cedera yang akan ditimbulkan oleh paku. Pada saat kita menginjak aspal pada saat terik matahari maka kaki kita akan terhindar dari panas yang membara yang disebabkan oleh panasnya aspal. pada saat kita berjalan di jalan yang basah walaupun sedikit tapi kaki kita terlindungi dari kotoran lumpur dan sebagainnya. Mungkin juga pada saat kita berjalan dijalan sehari-hari banyak kuman yang tertangkis oleh sandal yang kita pakai.
Itulah sekelumit tugas dari barang yang mungkin kita anggap sepele, Kita menginjak-injak hingga lambat laun sandal yang kita pakai menjadi tipis. Tanpa sadari kita terbantu karena sandal. Sekilas sandal yang kita pakai tidak ada harganya tetapi begitu penting sekali buat kita.
Sumber: google.com
Saat kaki kita melangkah dan tak sengaja menginjak kotoran anjing maka sandal akan melindungi kita dari kotoran anjing. Pada saat kita berjalan didaerah yang banyak terdapat paku maka kita akan terlindungi dari cedera yang akan ditimbulkan oleh paku. Pada saat kita menginjak aspal pada saat terik matahari maka kaki kita akan terhindar dari panas yang membara yang disebabkan oleh panasnya aspal. pada saat kita berjalan di jalan yang basah walaupun sedikit tapi kaki kita terlindungi dari kotoran lumpur dan sebagainnya. Mungkin juga pada saat kita berjalan dijalan sehari-hari banyak kuman yang tertangkis oleh sandal yang kita pakai.
Itulah sekelumit tugas dari barang yang mungkin kita anggap sepele, Kita menginjak-injak hingga lambat laun sandal yang kita pakai menjadi tipis. Tanpa sadari kita terbantu karena sandal. Sekilas sandal yang kita pakai tidak ada harganya tetapi begitu penting sekali buat kita.
Sumber: google.com
Pondok Kehidupan, 07 Oktober 2012
::Belajar dari Filosofi Lilin::
Selama ini sebagian besar orang memahami lilin sebagai simbol filosofi
hidup yang sia-sia. Hanya bisa menerangi sementara dirinya sendiri
hancur. Lalu muncul statement jangan hidup seperti lilin. Aku mungkin
salah satu dari sebagian kecil orang yang mencoba memahami filosofi
lilin dengan perspektif yang berbeda. Lilin, ketika dirinya sendiri
meleleh habis terbakar.
Setelah
memancarkan cahaya menerangi kegelapan, sesungguhnya apa yang terjadi
bukanlah suatu kehancuran. Melelehnya lilin itu pada hakikatnya adalah
simbolisasi penyatuan jatidiri dengan pancaran cahaya yang keluar dari
api yang membakar dirinya sendiri, itulah yang disebut sebagai puncak
dari suatu hikmat pengorbanan yang tulus tanpa pamrih. Hanya mereka yang
mau berkorban dengan tulus tanpa pamrih seperti lilin yang akan
berhasil mencapai puncak kesadaran kosmik (pencerahan), suatu konsepsi
kesadaran yang dibutuhkan sebagai tiket menuju puncak kebahagiaan yang
dicita-citakan oleh semua ummat manusia dan bangsa-bangsa di dunia.
Manusia dalam kondisi kesadaran seperti inilah yang tercerahkan dan
mampu mencerahkan kehidupan. Menjadi pemimpin yang adil, pejabat yang
taat hukum dan tidak korupsi, ayah yang bijak, ibu yang penuh cinta dan
kasih, anak yang sholeh dan hormat pada orang tua, murid yang santun,
dan seterusnya. Belajarlah hidup seperti lilin, menerangi kegelapan dan
berkorban dengan tulus tanpa pamrih.
Sumber: google.com
Pondok Kehidupan, 07 Oktober 2012
18 September 2012
Biru kujunjung, Biru kuarung
Tepat 30 hari rehatku di kampung halaman
Tiba saatnya ku harus kembali ke pondok kehidupanku
Pondok yang memberiku inspirasi
Pondok yang mengajariku arti kehidupan
Mentari itu begitu menyangat
Ku harus menunggu waktunya
Masuki geladak berbaris dengan yang lain
Mencari tempat yang tepat
Kunaiki anjungan tertinggi
Tatapku tajam syarat akan rindu kotaku
Sirine pertanda kapal segera berlayar
Perlahan menjauh lalu menghilang meninggalkan kotaku
Tak banyak yang dapat kulihat
Hanya biru, biru, dan biru
Biru kujunjung, biru kuarung
Begitu yang tejadi selama 2 hari
Hingga pada saatnya kami temukan daratan
Bergegas mempersiapkan diri
Menuruni anjungan, keluar dari geladak
Menghirup nafas panjang
Selamat datang kembali di Semarang
Pondok Kehidupan, 09 September 2012
Tiba saatnya ku harus kembali ke pondok kehidupanku
Pondok yang memberiku inspirasi
Pondok yang mengajariku arti kehidupan
Mentari itu begitu menyangat
Ku harus menunggu waktunya
Masuki geladak berbaris dengan yang lain
Mencari tempat yang tepat
Kunaiki anjungan tertinggi
Tatapku tajam syarat akan rindu kotaku
Sirine pertanda kapal segera berlayar
Perlahan menjauh lalu menghilang meninggalkan kotaku
Tak banyak yang dapat kulihat
Hanya biru, biru, dan biru
Biru kujunjung, biru kuarung
Begitu yang tejadi selama 2 hari
Hingga pada saatnya kami temukan daratan
Bergegas mempersiapkan diri
Menuruni anjungan, keluar dari geladak
Menghirup nafas panjang
Selamat datang kembali di Semarang
Pondok Kehidupan, 09 September 2012
6 September 2012
Rehat
Saatnya pejamkan mata
Dan larut dalam keheningan
Kedamaian hati kala menyambut fajar pagi
Resapi hadirmu yang menginjak satu sisi hatiku
Pondok Kehidupan, 06 September 2012
Dan larut dalam keheningan
Kedamaian hati kala menyambut fajar pagi
Resapi hadirmu yang menginjak satu sisi hatiku
Pondok Kehidupan, 06 September 2012
Pagi
Indah langitMu
Binarkan inderaku
Sejukkan hatiku
Damaikan jiwaku
Syahdu kumeresapimu
Pondok Kehidupan, 04 Agustus 2012
Binarkan inderaku
Sejukkan hatiku
Damaikan jiwaku
Syahdu kumeresapimu
Pondok Kehidupan, 04 Agustus 2012
Nelangsa
Walaupun berujung pahit
Kenangan itu slalu teringat
Telah kuhapus semuanya
Namun, ia kerap kembali
Pondok Kehidupan, 25 Juni 2012
Kenangan itu slalu teringat
Telah kuhapus semuanya
Namun, ia kerap kembali
Pondok Kehidupan, 25 Juni 2012
4 September 2012
61 Hari
61 hari sudah, aku tak melihatnya
61 hari sudah, aku tak menyentuhnya
61 hari sudah, aku tak menghiraukannya
61 hari sudah, aku melupakannya
Bukan karena ku buta
Bukan karena ku hilang rasa
Bukan karena ku tak perduli
Bukan karena ku melupakanmu
Hanyalah segelintir kesibukan yang mengkhilafkan
Pondok Kehidupan, 04 September 2012
61 hari sudah, aku tak menyentuhnya
61 hari sudah, aku tak menghiraukannya
61 hari sudah, aku melupakannya
Bukan karena ku buta
Bukan karena ku hilang rasa
Bukan karena ku tak perduli
Bukan karena ku melupakanmu
Hanyalah segelintir kesibukan yang mengkhilafkan
Pondok Kehidupan, 04 September 2012
29 Juni 2012
Selamat Jalan WAHYUDI
Tanpa mendung berkelabu
Seketika menetes air mata
Tiada henti tak terbendung
Tubuh yang tak pernah lelah
Senyum selalu terurai
Tawa selalu tertumpah
Nyaris tak ada duka
Lama tak bersua
Tiada kabar berita
Namun tiba-tiba
Pada sore hari ini
Yang tak pernah kuduga
Berita kehilangannya
Sungguh sangat pilu
Menggores luka
Kenangan indah
Tak pernah terlupa
Kau tak hanya sahabatku
Kaulah saudaraku
Saudara yang paling kusayang
Kau yang paling kurindu
Kini tak lagi senyummu
Kini tak lagi tawamu
Kini tak lagi dirimu
Disini.... diantara kami
Selamat jalan kawan
Senandungku bersama ahli surga
Ikhlas kulantuntan
Mengiringi jasadmu menghadap-Nya
Selamat jalan WAHYUDI
Innalillahi Wa Innailaihi Raji'unn
Pondok Kehidupan, 29 Juni 2012
28 Juni 2012
Dalam Lelahku
Ragaku ini sebenarnya telah lelah
Inderaku ini sebenarnya tidak mampu
Mengapa Jiwa ini enggan melayang ??
Akankah kembali kulewati malam ini tanpa hasil ??
Ingin rasanya kugoreskan dalam lembaran
Ah, otakku tak memberikan inspirasi
Menerawang samar-samar terlintas
Tak jua kunjung memberi rupa
Kaukah yang disitu ??
Diakah yang disana ??
Ah, sebaiknya ku acuhkan saja
Kelak samar itu pun kan menampakkan rupa
Pondok Kehidupan, 28 Juni 2012
Inderaku ini sebenarnya tidak mampu
Mengapa Jiwa ini enggan melayang ??
Akankah kembali kulewati malam ini tanpa hasil ??
Ingin rasanya kugoreskan dalam lembaran
Ah, otakku tak memberikan inspirasi
Menerawang samar-samar terlintas
Tak jua kunjung memberi rupa
Kaukah yang disitu ??
Diakah yang disana ??
Ah, sebaiknya ku acuhkan saja
Kelak samar itu pun kan menampakkan rupa
Pondok Kehidupan, 28 Juni 2012
26 Juni 2012
Masih, Akankah .......... ?
Masih kau ingat hari itu ?
Masih kau lihat senyum itu ?
Masih kau dengar tawa itu ?
Masih kau rintih pilu itu ?
Masih kau cium aromanya ?
Masih kau hirup udaranya ?
Masihkah ??
Hari itu begitu cerah
Senyum itu begitu manis
Tawa itu begitu ceria
Rintih pilu itu begitu luka
Aroma itu begitu wangi
Udara itu begitu segar
Ingatkah ??
Rindu kau memori itu ?
Rindu kau kenangan itu ?
Rindu kau masa itu ?
Rindu kau dekapan itu ?
Rindu kau raga itu ?
Rndu kau sentuhan itu ?
Rindukah ??
Memori itu begitu melekat
Kenangan itu selalu teringat
Masa itu selalu di nanti
Dekapan itu begitu hangat
Raga itu begitu tegap
Sentuhan itu begitu lambut
Tahukah ??
Akankah kita kembali ?
Akankah kita kemari ?
Akankah kita lewati ?
Akankah kita tempuh lagi ?
Akankah kita bersama lagi ?
Akankah kita berimaji lagi ?
Akankah ??
Jika kau pilu
Jika kau rindu
Jika kau ingin
Jika kau akan
Jika kau setuju
Jika kau mampu
Akupun begitu
Pondok Kehidupan, 26 Juni 2012
Masih kau lihat senyum itu ?
Masih kau dengar tawa itu ?
Masih kau rintih pilu itu ?
Masih kau cium aromanya ?
Masih kau hirup udaranya ?
Masihkah ??
Hari itu begitu cerah
Senyum itu begitu manis
Tawa itu begitu ceria
Rintih pilu itu begitu luka
Aroma itu begitu wangi
Udara itu begitu segar
Ingatkah ??
Rindu kau memori itu ?
Rindu kau kenangan itu ?
Rindu kau masa itu ?
Rindu kau dekapan itu ?
Rindu kau raga itu ?
Rndu kau sentuhan itu ?
Rindukah ??
Memori itu begitu melekat
Kenangan itu selalu teringat
Masa itu selalu di nanti
Dekapan itu begitu hangat
Raga itu begitu tegap
Sentuhan itu begitu lambut
Tahukah ??
Akankah kita kembali ?
Akankah kita kemari ?
Akankah kita lewati ?
Akankah kita tempuh lagi ?
Akankah kita bersama lagi ?
Akankah kita berimaji lagi ?
Akankah ??
Jika kau pilu
Jika kau rindu
Jika kau ingin
Jika kau akan
Jika kau setuju
Jika kau mampu
Akupun begitu
Pondok Kehidupan, 26 Juni 2012
Tentang Alamku
Di balik bukit mentari mengintip
Pancarkan kehangatannya
Burung-burung bernyanyi merdu
Ceria menyambut pagi indah
Senandung merdu suara alam
Selaras menghias hariku
Sungguh sangat menyenangkan
Membingkai memori bersamamu
Indah alamku
Biru langitmu
Hijau subur hutanku
Jernih mengalir sungaimu
Mari kawan kita berkumpul
Hirup kesegarannya
Cium wangi aromanya
Jamahlah dengan lembut
Alamku memang tak seindah negeri di surga
Namun senantiasa memberikan kedamaian
Sehangat dekapan sang bunda
Mimpi-mimpi tercapaikan
Indah alamku
Biru langitmu
Hijau subur hutanku
Jernih mengalir sungaimu
Beribu keinginan
Berjuta pengharapan
Miliaran impian
Sampaikan padanya, kawan
Ia memberimu kunci rahasia
Misteri terkuak dibalik keindahannya
Fatwa bagi seluruh anak manusia
Dengarkan petuahnya
Indah alamku
Biru langitmu
Hijau subur hutanku
Jernih mengalir sungaimu
Pondok Kehidupan, 26 Juni 2012
Pancarkan kehangatannya
Burung-burung bernyanyi merdu
Ceria menyambut pagi indah
Senandung merdu suara alam
Selaras menghias hariku
Sungguh sangat menyenangkan
Membingkai memori bersamamu
Indah alamku
Biru langitmu
Hijau subur hutanku
Jernih mengalir sungaimu
Mari kawan kita berkumpul
Hirup kesegarannya
Cium wangi aromanya
Jamahlah dengan lembut
Alamku memang tak seindah negeri di surga
Namun senantiasa memberikan kedamaian
Sehangat dekapan sang bunda
Mimpi-mimpi tercapaikan
Indah alamku
Biru langitmu
Hijau subur hutanku
Jernih mengalir sungaimu
Beribu keinginan
Berjuta pengharapan
Miliaran impian
Sampaikan padanya, kawan
Ia memberimu kunci rahasia
Misteri terkuak dibalik keindahannya
Fatwa bagi seluruh anak manusia
Dengarkan petuahnya
Indah alamku
Biru langitmu
Hijau subur hutanku
Jernih mengalir sungaimu
Pondok Kehidupan, 26 Juni 2012
23 Juni 2012
Mandor Berdarah
(Mengenang Tragedi Mandor Berdarah, 28 Juni 1943)
1942, mereka datang berbondong-bondong
Berbekal kekecewaan akan kekalahan
Balaskan dendam pada rakyat tak berdosa
Penguasa merajalela, pribumi menderita
Alam berubah suasana
Mencekam dalam kegelapan
Bertanya apa yang akan terjadi
Tak satupun dapat menjawab
Kemarahan membabi buta
Tak pandang siapa
Terhunus, terinjak
Lemah tak berdaya
Rakyat jelata,
Cendikiawan,
Pemimpin umat manusia
Rata terserak di belantara
Relief narasumber nan bisu
Kompleks pemakaman tak bersuara
Seolah tak ingin lagi mengingat masa itu
Begitu perih dan teramat pilu
21.037 jiwa melayang sia-sia
Satu generasi nyaris hilang
Pertaruhkan apapun
Demi kesejahteraan anak cucu
Warisannya telah kita nikmati
Namun tak satupun yang kita berikan untuk mereka
Tetes keringat, air mata, dan darah
Akankah semua ini hanya menjadi dongeng semata ?
Pondok Kehidupan, 23 Juni 2012
22 Juni 2012
Candu Cintaku
Awal pertemuan tak disengaja
Hanyut dalam suasana
Semarak kemeraiahan
Kenangan indah tak terlupakan
Terpana memandang rupawan nan elok
Terdiam tak bersuara
Gugusan kata-kata tak dapat terucap
Gugup gemetar seluruh tubuh
Sentuhan lembut merasuk jiwa
Belaian mersa tiada tara
Rasa itu menjadi candu
Liuk tubuh jelmaan hati
Hasrat terkuak
Jemari memohon doa restu
Lingkaran emas bertahtakan intan
Wujud keabadian dalam ikatan
Pondok Kehidupan, 22 Juni 2012
24 Mei 2012
Sukhoi Super Jet 100
Canggih
Hebat
Begitu yang dikatakan
Murah
Mewah
Begitu pula yang dikatakan
Megah
Indah
Begitu yang kubayangkan
(namun tiba-tiba … )
Hilang kontak,
Tak terdeteksi
Begitu kata mereka
Kupandangi layar kaca
Media bercerita
Duka seluruh keluarga
45 korban jiwa
Tak bersisa
Hanyalah puing-puing berserakan
Sukhoi Super Jet 100
Suatu impian dan kebanggaan
Berubah menjadi tangisan dalam kenangan
Ujian dari Sang Maha Kuasa
Bersabar dan ikhlas
Bertabur doa diatas pusara
Pondok Kehidupan, 24 Mei 2012
16 Mei 2012
Pejuang Tanah Maluku
PATIMURA putera Maluku
sempat tersenyum melihat anak negeri mengingat dan mengenangnya
tak bertahan lama
kesedihan menghampiri, membuat pilu hati Pahlawanku
tak semestinya kita membuat kekacauan itu
Pondok Kehidupan, 16 Mei 2012
sempat tersenyum melihat anak negeri mengingat dan mengenangnya
tak bertahan lama
kesedihan menghampiri, membuat pilu hati Pahlawanku
tak semestinya kita membuat kekacauan itu
Pondok Kehidupan, 16 Mei 2012
10 Mei 2012
CINTA
(CINTA bukan mimpi, tapi harapan. Bukan yang didapat, tapi mencari apa yang diberikan.
Bukan apa yang dilihat, tapi apa yang dirasakan oleh hati. Yang jauh terasa dekat. Meski jauh, terasa ada)
CINTA bukanlah lembaran puisi, tapi sebuah kata hati yang penuh dengan arti:
CINTA itu...
Bukan apa yang dilihat, tapi apa yang dirasakan oleh hati. Yang jauh terasa dekat. Meski jauh, terasa ada)
CINTA bukanlah lembaran puisi, tapi sebuah kata hati yang penuh dengan arti:
Meski tak seindah yang kita inginkan, kita rasakan.
Cantik atau jelek bukanlah menjadi alasan
Prolog Oleh: Piar Putra
CINTA itu...
seperti angin
tak dapat dilihat
namun kerap dirasakan
CINTA itu...
seperti musim hujan dan musim semi
terlihat cerah
namun terkadang teramat mendung
CINTA itu...
seperti fajar
yang menghangatkan
dan memberi semangat
CINTA itu...
seperti rembulan
kerap menerangi
walau hanya seberkas
CINTA itu...
Ikhlas
Tawakal
Anugerah
Pondok Kehidupan, 10 Mei 2012
9 Mei 2012
Awal Bulan 5
Sekian lama tak berjumpa
Rindu tertanam dalam hasrat
Imaji menari dalam mimpi
Tak kunjung berwujud nyata
"Awal bulan 5"
Kalimat itu terlontar
Lantang penuh keyakinan
Gembira terasa, hati berbunga mekar nan indah
Tak berapa lama setelahnya
Tagihan menghampiri
Kecewa menjadi dilema
Janji itu bersanding dengan kata "maaf"
Hendak marah, namun apakan daya
Nasib jarak harus terpisah sementara
Antara rantau dan tanah lahir
Terlihat samar dipelupuk mata
Maafkan aku atas janji yang sempat terucap
Bukan niatku tuk mengingkari
Amanah tugas mulia
Harus kutunaikan demi menggapai cita-cita
Pondok Kehidupan, 08 Mei 2012
Rindu tertanam dalam hasrat
Imaji menari dalam mimpi
Tak kunjung berwujud nyata
"Awal bulan 5"
Kalimat itu terlontar
Lantang penuh keyakinan
Gembira terasa, hati berbunga mekar nan indah
Tak berapa lama setelahnya
Tagihan menghampiri
Kecewa menjadi dilema
Janji itu bersanding dengan kata "maaf"
Hendak marah, namun apakan daya
Nasib jarak harus terpisah sementara
Antara rantau dan tanah lahir
Terlihat samar dipelupuk mata
Maafkan aku atas janji yang sempat terucap
Bukan niatku tuk mengingkari
Amanah tugas mulia
Harus kutunaikan demi menggapai cita-cita
Pondok Kehidupan, 08 Mei 2012
12 April 2012
Redup kembali Bersinar
Sinar itu perlahan meredup
Langit berubah pekat
Sepanjang jalan aku mengigil
Kebasahan dalam guyuran air hujan
Tak berapa lama waktu berselang
Guyuran itu telah mereda
Dingin tetap menyelimuti
Bulan kembali mengintip dari persembunyian
Menerangi malam sepi tak bertuan
Pondok Kehidupan, 11 April 2012
Langit berubah pekat
Sepanjang jalan aku mengigil
Kebasahan dalam guyuran air hujan
Tak berapa lama waktu berselang
Guyuran itu telah mereda
Dingin tetap menyelimuti
Bulan kembali mengintip dari persembunyian
Menerangi malam sepi tak bertuan
Pondok Kehidupan, 11 April 2012
Sebelah Barat Negaraku
Bumiku mengamuk
Meluapkan seluruh amarah
Jerit memekik ditelinga
Tangis bercampur emosi
Gusar mencari tempat berlindung
Terjebak diantara dua bencana
Gempa dan Tsunami
Pondok Kehidupan, 11 April 2012
10 April 2012
Antara Solo dan Jakarta
Pagi-pagi sekali aku terbangun
Segera aku bergegas mandi
Dihadapan cermin berbenah diri
Bersolek bak puteri berparas jelita
Kupacu laju kendaraanku
Menuju suatu bandara kecil di kota Solo
Turut mengantre dihadapan loket sebuah maskapai
Duduk menunggu jadwal keberangkatan
Tepat pukul 07:00 pagi
Burung besi ini terbang dengan gagah
Sangat tinggi dan berani
Menembus angkasa
Dengan sabar kutempuh perjalanan
Menempati sebuah pojok di samping jendela
Tak banyak yang dapat kulakukan
Termenung sendiri diantara ratusan penumpang
Kuhibur diri melalui indera
Menatap kagum pada dunia
Pemandangan alam yang sangat indah
Sungguh megah dan mempesona
Miniatur alam beserta isinya
Ciptaan sempurna dari Pemilik Semesta
Anugerah bagi anak manusia
Nafas dan kehidupan seluruh makhluk
Dataran tinggi yang menghijau
Dataran rendah yang subur
Garis lintas bak dilalui ribuan semut
Liukan-liukan indah mengalir membasahi
Dari atas, gumpalan awan mengiringi
Terik mentari silaukan mata
Tepat dibawah sana hamparan laut membiru
Gugusan perahu mengambang dipermukaan
Tak terasa waktu cepat berlalu
Daratan yang dinanti perlahan mendekati
Tibalah aku pada suatu kota
Jakarta
Pondok Kehidupan, 07 April 2012
7 April 2012
Malam Sepi
Langit itu tampak mendungNamun bulan tetap serikan sinarnyaBintang-bintang pun tak ingin kalahBerkilau bak intan permata
Di depan teras tak begitu asriKu temangu duduk sendiriKetenangan malam yang kunikmatiHanya alunan jangkrik yang menemani
Pondok Kehidupan, 07 April 2012
Di depan teras tak begitu asriKu temangu duduk sendiriKetenangan malam yang kunikmatiHanya alunan jangkrik yang menemani
Pondok Kehidupan, 07 April 2012
Nyanyian Jalanan
Terik mentari tak menghalangi
Debu berterbangan, berserakan
Sandang sederhana baluti raga
Semangat berkobar dalam jiwa
Syair indah sang pujangga
Terlantun merdu memanjakan indera
Imaji terhanyut dalam suasana
Terhipnotis mengikuti nada dan irama
Deru mesin-mesin yang membising
Menantang teriakan semakin lantang
Berkicau di tengah keramaian
Keping demi keping terkumpulkan
Menantang kerasnya kehidupan
Kreatif dalam kebersamaan
Bakat bertukar dengan uang
Sekedar untuk makan hari ini
Kami memang orang kecil
Miskin akan harta
Sedikit berpendidikan
Namun kami punya rasa kemanusiaan
Ramah dengan siapa saja
Bahu membahu dengan sesama
Rukun dalam bertetangga
Tak ingin saling mendahului apalagi mencuri
Aku heran…
Orang kaya, punya banyak harta
Sarat akan pendidikan
Mencuri, merampas yang bukan haknya
Namun tetap tenang dan selalu tersenyum
Gembira dalam gelimang kenikmatan
Bersenang-senang diatas penderitaan
Sadarlah kau wahai sang koruptor
Receh yang kau anggap remeh
Bagi kami ialah emas permata
Dasi yang kau bilang kehormatan
Bagi kami itu kemunafikan
Tampaknya kau harus belajar
Belajarlah dari sebagian kami
Belajar hidup bersama dan berbagi
Agar dapat saling perbaiki sikap dalam diri
Pondok Keidupan, 05 April 2012
3 April 2012
Mama
Perjalanan panjang bertaruh nyawa
Demi hidup baru dan harapan masa depan
Bibit pemberi warna, tumbuh berkembang perlahan
Penerus mimpi dan cita-cita
Pengganti diri saat senja menghampiri
Senyumku kebahagiaanmu, tawaku keceriaanmu
Tangisku gelisahmu, sakitku deritamu
Kau tak terganti, tak kan pernah terlupa
Harapmu kujadikan nyata
Mama ...
Kau idolaku, figur sejatiku
Mama ...
Dengan apa kubalas ikhlasmu
Tulus kasih sayangmu abadi di sanubari
Maaf ku tak mendengar nasehatmu
Tak indahkan inginmu
Menentangmu, sakitimu
Mama ...
Tiada kata yang dapat terucap
Kejujuran hati berkata
"Aku sayang Mama"
Pondok Kehidupan, 03 April 2012
Demi hidup baru dan harapan masa depan
Bibit pemberi warna, tumbuh berkembang perlahan
Penerus mimpi dan cita-cita
Pengganti diri saat senja menghampiri
Senyumku kebahagiaanmu, tawaku keceriaanmu
Tangisku gelisahmu, sakitku deritamu
Kau tak terganti, tak kan pernah terlupa
Harapmu kujadikan nyata
Mama ...
Kau idolaku, figur sejatiku
Mama ...
Dengan apa kubalas ikhlasmu
Tulus kasih sayangmu abadi di sanubari
Maaf ku tak mendengar nasehatmu
Tak indahkan inginmu
Menentangmu, sakitimu
Mama ...
Tiada kata yang dapat terucap
Kejujuran hati berkata
"Aku sayang Mama"
Pondok Kehidupan, 03 April 2012
1 April 2012
Teriakan Negeriku
(Demontrasi dan orasi yang berakhir dengan pengrusakan)
Orde baru telah berlalu
Reformasi kokoh berdiri
Keadilan ditegakkan
Tuntaskan kecurangan
Hak asasi dijunjung tinggi
Bebas pendapat menjadi mufakat
Pro dan kontra bertarung
Keputusan akhir menjadi petaka
Nada keras sarat penolakan
Pemimpin terdiam
Terpojok disuatu sudut pandang
Memandang heran dengan penuh tanda tanya
Haruskah mengikuti nyanyian mereka
Haruskah mendikte gerak bibir yang berucap
Bagaimana dengan Bangsa ini
Mampukah ia bertahan dengan senyum ketenangan
Negara dalam dilema
Sekarat di ujung tanduk
Tiada tunggul penopang
Kerap bertabrakan dengan sang angin
Pondok Kehidupan, 01 April 2012
Langganan:
Komentar (Atom)


