12 April 2012

Redup kembali Bersinar

Sinar itu perlahan meredup
Langit berubah pekat
Sepanjang jalan aku mengigil
Kebasahan dalam guyuran air hujan


Tak berapa lama waktu berselang
Guyuran itu telah mereda
Dingin tetap menyelimuti


Bulan kembali mengintip dari persembunyian
Menerangi malam sepi tak bertuan


Pondok Kehidupan, 11 April 2012

Sebelah Barat Negaraku




Bumiku mengamuk

Meluapkan seluruh amarah

Jerit memekik ditelinga

Tangis bercampur emosi
Gusar mencari tempat berlindung
Terjebak diantara dua bencana
Gempa dan Tsunami

Pondok Kehidupan, 11 April 2012

10 April 2012

Antara Solo dan Jakarta

Pagi-pagi sekali aku terbangun
Segera aku bergegas mandi
Dihadapan cermin berbenah diri
Bersolek bak puteri berparas jelita

Kupacu laju kendaraanku
Menuju suatu bandara kecil di kota Solo
Turut mengantre dihadapan loket sebuah maskapai
Duduk menunggu jadwal keberangkatan

Tepat pukul 07:00 pagi
Burung besi ini terbang dengan gagah
Sangat tinggi dan berani
Menembus angkasa

Dengan sabar kutempuh perjalanan
Menempati sebuah pojok di samping jendela
Tak banyak yang dapat kulakukan
Termenung sendiri diantara ratusan penumpang

Kuhibur diri melalui indera
Menatap kagum pada dunia
Pemandangan alam yang sangat indah
Sungguh megah dan mempesona

Miniatur alam beserta isinya
Ciptaan sempurna dari Pemilik Semesta
Anugerah bagi anak manusia
Nafas dan kehidupan seluruh makhluk

Dataran tinggi yang menghijau
Dataran rendah yang subur
Garis lintas bak dilalui ribuan semut
Liukan-liukan indah mengalir membasahi

Dari atas, gumpalan awan mengiringi
Terik mentari silaukan mata
Tepat dibawah sana hamparan laut membiru
Gugusan perahu mengambang dipermukaan

Tak terasa waktu cepat berlalu
Daratan yang dinanti perlahan mendekati
Tibalah aku pada suatu kota
Jakarta

Pondok Kehidupan, 07 April 2012

7 April 2012

Malam Sepi

Langit itu tampak mendungNamun bulan tetap serikan sinarnyaBintang-bintang pun tak ingin kalahBerkilau bak intan permata

Di depan teras tak begitu asriKu temangu duduk sendiriKetenangan malam yang kunikmatiHanya alunan jangkrik yang menemani

Pondok Kehidupan, 07 April 2012

Nyanyian Jalanan

Terik mentari tak menghalangi
Debu berterbangan, berserakan
Sandang sederhana baluti raga
Semangat berkobar dalam jiwa

Syair indah sang pujangga
Terlantun merdu memanjakan indera
Imaji terhanyut dalam suasana
Terhipnotis mengikuti nada dan irama

Deru mesin-mesin yang membising
Menantang teriakan semakin lantang
Berkicau di tengah keramaian
Keping demi keping terkumpulkan

Menantang kerasnya kehidupan
Kreatif dalam kebersamaan
Bakat bertukar dengan uang
Sekedar untuk makan hari ini

Kami memang orang kecil
Miskin akan harta
Sedikit berpendidikan
Namun kami punya rasa kemanusiaan

Ramah dengan siapa saja
Bahu membahu dengan sesama
Rukun dalam bertetangga
Tak ingin saling mendahului apalagi mencuri

Aku heran…
Orang kaya, punya banyak harta
Sarat akan pendidikan
Mencuri, merampas yang bukan haknya

Namun tetap tenang dan selalu tersenyum
Gembira dalam gelimang kenikmatan
Bersenang-senang diatas penderitaan
Sadarlah kau wahai sang koruptor

Receh yang kau anggap remeh
Bagi kami ialah emas permata
Dasi yang kau bilang kehormatan
Bagi kami itu kemunafikan

Tampaknya kau harus belajar
Belajarlah dari sebagian kami
Belajar hidup bersama dan berbagi
Agar dapat saling perbaiki sikap dalam diri

Pondok Keidupan, 05 April 2012

3 April 2012

Mama

Perjalanan panjang bertaruh nyawa 
Demi hidup baru dan harapan masa depan

Bibit pemberi warna, tumbuh berkembang perlahan
Penerus mimpi dan cita-cita
Pengganti diri saat senja menghampiri

Senyumku kebahagiaanmu, tawaku keceriaanmu
Tangisku gelisahmu, sakitku deritamu

Kau tak terganti, tak kan pernah terlupa
Harapmu kujadikan nyata

Mama ...
Kau idolaku, figur sejatiku

Mama ...
Dengan apa kubalas ikhlasmu
Tulus kasih sayangmu abadi  di sanubari 

Maaf ku tak mendengar nasehatmu 
Tak indahkan inginmu 
Menentangmu, sakitimu 

Mama ... 
Tiada kata yang dapat terucap 
Kejujuran hati berkata 
"Aku sayang Mama"  

Pondok Kehidupan, 03 April 2012

1 April 2012

Teriakan Negeriku



(Demontrasi dan orasi yang berakhir dengan pengrusakan)

Orde baru telah berlalu
Reformasi kokoh berdiri
Keadilan ditegakkan
Tuntaskan kecurangan

Hak asasi dijunjung tinggi
Bebas pendapat menjadi mufakat
Pro dan kontra bertarung
Keputusan akhir menjadi petaka

Nada keras sarat penolakan
Pemimpin terdiam
Terpojok disuatu sudut pandang
Memandang heran dengan penuh tanda tanya

Haruskah mengikuti nyanyian mereka
Haruskah mendikte gerak bibir yang berucap
Bagaimana dengan Bangsa ini
Mampukah ia bertahan dengan senyum ketenangan

Negara dalam dilema
Sekarat di ujung tanduk
Tiada tunggul penopang
Kerap bertabrakan dengan sang angin

Pondok Kehidupan, 01 April 2012